Fotografer Nasional Spesialis Landscape/Wildlife

5/28/2020 Rahmat 0 Comments

1. RIZA MARLON
Foto koleksi Riza Marlon
Nama: Riza Marlon 
TTL: Jakarta, 12 Januari 1960 
Istri: Hendriati R Patty
Anak: 
- Aga Dimitri (20), 
- Christa Levina (18) 

FORMAL ORGANIZATIONS 
- LENSA MASYARAKAT NUSANTARA FOUNDATION. 
- MASYARAKAT FOTOGRAFI INDONESIA/FORUM FOTOGRAFI INDONESIA. 

FORMAL EDUCATION 
- Faculty of Biology, National University, Jakarta (1991) 

PENGALAMAN KERJA DENGAN ASING 
- Sulawesi, Ekspedisi Trekforce, Inggris, ke TN Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, TN Rawa Aopa, dan Cagar Alam Bantimarung (Juli-September 1992) 
- Sumatera, Habitat Orangutan di TN Gunung Leuser, Program Slide untuk WWF (September 1996) - Papua, TN Wasur, Cagar Alam Gunung Arfak, TN Lorentz, dan Biak, Dokumentasi Slide untuk WWF (November-Desember 1997) 
- Papua, Suaka Margasatwa Jamursba Medi (Sorong) dan Cagar Alam Gunung Arfak, Dokumentasi Slide untuk WWF (September-Oktober 1998) 
- Sulawesi, Cagar Alam Tangkoko dan TN Lore Lindu, Dokumentasi Slide untuk The Nature Conservancy (Oktober-November 2001) 
- Kalimantan (TN Tanjung Puting), Sumatera (Pulau Siberut), dan Jawa (TN Ujung Kulon dan TN Gede Pangrango), Dokumentasi Slide untuk UNESCO (Februari-Maret 2004) 
- Halmahera, Maluku Utara, dokumentasi keanekaragaman hayati untuk Birdlife Indonesia (Mart, 2007) 
- dan lain-lain 

TV dan FILMS 
- Sulawesi Island: Tangkoko Nature Reserve sebuah Film Dokumenter untuk TV New Zealand Natural History (Agustus 1997 & September-Oktober 1997). 
- Sulawesi Island: Dumoga Bone Nature Reseve tentang Film Dokumenter dengan TV New Zealand Natural History (Agustus 1998). 
- Film Dokumenter It's a Real untuk TV dan Film National Geographic sebagai Art Director (November 2005). 
- Taman Safari Indonesia : Film Documentary for National Geographic TV & Film, as animal expert. 

BUKU 
- LIVING TREASURES of INDONESIA (November 2010) 
- Buku Panduan Visual dan Identifikasi Lapangan 107+ Ular Indonesia (Februari 2014) 
PAMERAN FOTO TUNGGAL 
- NATURE on CANVAS: Biodiversity of Indonesia, Grand Indonesia, Jakarta (November 2010) 
- Hidden Treasures Of Indonesia, Senayan City, Jakarta (May 2011)

Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/42843-alam-liar-dalam-bingkai-kehidupan-dan-foto

Hasil Foto Riza Marlon:












Source: https://www.instagram.com/riza_marlon/

2. Nurdin Razak

Jual Tiket [Eco-Tourism Talk] Exploring National Parks Through ...
Pada 1999-2001, ia mengunjungi taman nasional pertamanya, Taman Nasional Merubetiri, Banyuwangi, Eastjava. Pada tahun 2003 ia bersemangat sejak pertama kali mengunjungi Taman Nasional Baluran, karena ia menemukan daerah yang mempesona itu lebih "terbuka" dan mudah direndam terutama untuk melakukan fotografi. Sejak itu, ia mulai mengunjungi taman secara teratur, sekali dalam beberapa bulan dan akhir-akhir ini sebulan sekali. Oleh karena itu, ia telah berinteraksi dengan alam dan petugas selama sebelas tahun hingga sekarang (2003-2014). Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah menyajikan materi lokakarya, briefing, dan kuliah umum secara gratis setiap bulan untuk staf dan masyarakat setempat dan bertujuan untuk memberikan wawasan baru kepada petugas terkait dengan pengelolaan ekowisata di kawasan konservasi. Selain itu, ia pernah bertindak sebagai penerjemah eko profesional untuk wisatawan asing yang mengunjungi taman nasional. Menjadi seorang penerjemah seperti itu, ia mengalami banyak hal, terutama ketika ia menemani direktur IUCN pada 2010 dan juga dari Program Keanekaragaman Hayati Internasional Asia Tenggara pada 2012.
Dia hampir mengunjungi seluruh tempat di taman nasional, tempat dia mencapai setelah berjalan puluhan kilometer dalam sehari. Dia otodidak dalam fotografi, sejak dia masih di SMA. ia kemudian berimprovisasi dengan menggabungkan ekowisata dan fotografi satwa liar. Itu menjadi kompetensi yang luar biasa ketika ia dikombinasikan dengan ekowisata sebagai bidang studi akademik. Sebagai akibatnya, fotografi menjadi kegiatan rutin pada setiap kunjungan saya di Taman Nasional. Dia juga mempersembahkan pameran tunggal berjudul "Pameran Foto Satwa Liar", Mei 2012. Dia merilis dua buku foto berjudul "Baluran Luar Biasa" dan "Foto Satwa Liar Surabaya" pada tahun 2013 sebagai ungkapan ketulusannya pada kampanye cinta lingkungan dan fotografi satwa liar. .
Menjadi dosen ekowisata di Universitas Airlangga, Surabaya sejak 1997 hingga sekarang. Belajar dengan melakukan adalah moto-nya, ekowisata bukanlah subjek yang populer di Indonesia saat itu sampai sekarang.
konsultan dan sebagai ahli, untuk banyak lokakarya dan seminar berskala nasional dan internasional, mis. Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), pemerintah dinas kehutanan Jawa Timur, pemerintah perikanan dan sumber daya laut Jawa Timur; lembaga nasional dan internasional seperti JICA, Indonesia Ecotourism Network (INDECON), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dewan Penasihat Presiden Republik Indonesia untuk pendidikan dan budaya, yang tak kalah pentingnya, semua Taman Nasional di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Kalimantan
Baginya, Ekowisata adalah disiplin yang tidak banyak dieksplorasi oleh banyak sarjana terutama di Indonesia, karena itu memerlukan konsistensi dan upaya ekstra. Itu tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca literatur, yang memang sangat terbatas di Indonesia. Mereka harus merujuk pada literatur internasional, namun mereka juga harus secara teratur belajar dari pengalaman lapangan yang melibatkan banyak pemangku kepentingan. Diantaranya adalah memahami dinamika masyarakat sekitar termasuk pola pikir mereka, kebijakan direktur taman, serta kebutuhan dan keinginan pemegang saham industri ekowisata, khususnya para wisatawan. Dia awalnya menerbitkan dua buku, pertama tahun 2005 berjudul "Pengembangan Ekowisata di Kawasan Konservasi" yang didanai oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia; dan kedua pada 2012 berjudul "Tren Pengembangan Ekowisata" semua dalam Bahasa Indonesia.

Hasil Foto Nurdin Razak












Source: http://www.nurdinrazak.com/

3. Arbain Rambey


Pria dengan rambut cepak dan kaca mata berbingkai hitam ini sudah tidak diragukan lagi kemampuan menulis dan fotografi. Lahir di Semarang, 2 Juli 1961, Arbain Rambey mulai memotret pada tahun 1977 bersama teman-temannya di SMA Loyola 1, Semarang. Mengenyam pendidikan yang tidak berhubungan dengan dunia jurnalistik. Arbain lulus dan menjadi sarajana Teknik Sipil dari Institut Teknologi Bandung tahun 1988.

Setelah lulus, Arbain bekerja sebagai reporter dan fotografer. Keahliannya dalam bidang fotografi juga lah yang mengantarkan ia menjadi redaktur foto Kompas menggantikan Kartono Riyadi pada tahun 1996.

Arbain yang merupakan anak tunggal lahir dan tumbuh di Semarang dan tinggal bersama bibinya karena kedua orang tuanya harus bekerja. Ketertarikan Arbain dalam dunia fotografi rupanya sudah terlihat sejak masa kanak-kanak. Sejak umur 5 tahun, Arbain mulai tertarik dengan album foto, membolak-balik album foto menjadi kegemaran Arbain kecil pada saat itu. Pada usia 13 tahun Arbain sudah menguasai teknik cuci dan cetak foto hitam putih. Kamera pertamanya bermerek Ricoh dengan tipe 500 GX ia dapatkan pada tahun 1977.

Sebagai wartawan fotografer handal, Arbain tentunya memiliki segudang prestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa prestasi yang telah diperoleh Arbain, antara lain Juara Tunggal Festival Seni Internasional Art Summit 1999, memenangkan medali perunggu 2 tahun berturut-turut pada Lomba Salon Foto tahun 2006 dan 2007, serta Juara 1 lomba foto MURI tahun 2008.

 Arbain juga pernah beberapa kali mengadakan pameran foto, seperti Ekspresi (Medan, 2002), Mandailing (Medan, 2002), Senyap (Bentara Budaya, Jakarta, 2004), Colour of Indonesia (Galeri Cahaya, Jakarta, 2004), Crossing Bridges (Singapura, 2004), Persatoen (Melbourne, 2005), Nusantara (bersama Makarios Soekojo) (Hotel Aston, Jakarta, 2006).

Kegiatan Arbain sekarang lebih banyak berupa mengajar. Ia mengajar di beberapa universitas swasta di Jakarta seperti Universitas Pelita Harapan, Universitas Media Nusantara, dan Darwis School of Photography. 

Hobi bisa juga bisa jadi profesi. Bekerja dari hobi memang menyenangkan karena Anda bekerja sekaligus melakukan hal-hal yang disukai. Salah satu contohnya adalah Arbain Rambey dimana profesinya sebagai seorang fotografer bermula dari kesukaannya terhadap dunia fotografi.
Seperti dituturkan kepada kami, Arbain sendiri tidak tahu bagaimana awalnya ia bisa menyukai dunia fotografi. Kedua orang tuanya pun tak pernah menuntutnya untuk terjun di dunia fotografi. Yang ia tahu, sejak duduk di bangku SMP di kota Semarang, ia suka merapikan foto. “Saat itu ada ekstrakurikuler cuci cetak untuk kelas tiga, tapi saya baru kelas satu. Tapi karena saya berminat, saya boleh ikut, katanya pengecualian,” kenangnya.

Ketika duduk di bangku SMA, Arbain Rambey mengikuti berbagai kegiatan pecinta alam. Ia gemar mendaki gunung bersama teman-temannya. Saat itu, ia kurang puas melihat foto hasil jepretan teman-temannya. Akhirnya ia yang kemudian banyak memotret sambil mendaki gunung. Setelah lulus SMA, Arbain melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kala itu ia punya hobi lain, yaitu jalan-jalan. Dari situlah ia mulai lebih banyak memotret meskipun hanya memakai kamera orang. “Kameraku jelek waktu itu,” tuturnya.

Tahun 1988, setelah lulus kuliah, Arbain mulai bekerja di Papua. Sebulan setelah bekerja, ia membeli kamera pertamanya, Nikon F-301 dengan lensa 3515, seharga Rp 750.000. Masih diingatnya toko tempat ia membeli kamera itu, yakni di Niaga Foto Bandung. Selama di Papua, teman-temannya sering jalan-jalan. Semua kegiatan jalan-jalan ia abadikan dengan kamera itu. Hingga kemudian hasil fotonya mrndapat komentar positif oleh seorang wartawan Tempo saat Arbain berkesempatan pameran di Eropa dan Amerika. “Kamu bukan insinyur, tapi fotografer,” komentar wartawan tersebut.

Itu adalah kali pertama ada orang yang mengatakan fotonya bagus. Profesinya sebagai insinyur pun menurutnya tidak cukup baik. Hal itu mendorongnya untuk melamar menjadi fotografer di harian Kompas pada tahun 1990. Diterima di Kompas, Arbain dibimbing oleh para senior yang banyak membawa kemajuan dalam karirnya.

Sejak bekerja di Kompas, kemampuan fotografinya meningkat pesat. Apalagi peralatan fotografi sudah disubsidi oleh kantor. Jika ada kamera keluaran terbaru, Arbain pun diizinkan untuk menggunakannya paling dulu. Baginya, sangat menyenangkan mengerjakan sesuatu yang disenangi. “Kerja jangan cuma mencari kekayaan. Saya bisa hidup dari apa yang bisa saya senangi,” ujarnya.

Source: http://goenjoyandhappy.blogspot.com/2015/03/biografi-darwis-triadifotografer-master.html

Hasil Foto Arbain Rambey:

Arbain Rambey - Kategori Alam

Arbain Rambey

Arbain Rambey - Blog - Kiat Menang Lomba Foto

Arbain Rambey - Blog - Kiat Menang Lomba Foto

Arbain Rambey - Kategori Alam

Arbain Rambey - Foto Terbaru

Source: https://arbainrambey.com/

3. Nicoline Patricia Malina
Nicoline Patricia Malina: Jadi Fotografer, Jangan Sombong!

Nicoline Patricia Malina lahir di Surabaya pada tanggal 6 Desember 1984. Ibunya adalah seorang desainer serta make-up artist. Ibunya memiliki banyak majalah fashion di rumah. Ketika Nicoline masih kecil, dia sangat menikmati melihat foto-foto  di majalah tersebut. Layaknya anak kecil pada umumnya yang menyukai cerita dongeng, Nicoline Patricia Malina merasakan hal yang sama asyiknya ketika melihat foto-foto di majalah fashion. Foto-foto tersebut seperti bercerita.Nicoline kecil sangat menikmati cerita melalui foto-foto.
Ibunya pernah mendaftarkannya di sebuah tempat kursus fashion designer karena mengira Nicoline menyukai profesi tersebut. Pada akhirnya Nicoline Patricia Malina menyadari bahwa meskipun dia menyukai dunia fashion designer namun tidak benar-benar mencintainya.

Awal Mula Menjadi Fotografer

Wanita cantik yang pernah mengambil pendidikan formal Fine Art di Hogeschool voor de Kusten Utrecht, Belanda ini sempat mencoba beberapa profesi. Nicoline Patricia Malina memulai karir sebagai model di usia 18 tahun. Selama kuliah di Belanda dia sempat menjalani karir sebagai make-up artist sambil tetap menjalani profesi sebelumnya yaitu sebagai model. Selama menjalani kedua pekerjaan tersebut, Nicoline merasa kreatifitasnya tidak banyak berkembang. Kemudian dia mencoba melukis dan, pada akhirnya, menjadi seorang fotografer.

Ketika bekerja sebagai model, Nicoline Patricia Malina sering mengamati pekerjaan fotografer. Nicoline melihat sang fotografer sangat berdedikasi kepada pekerjaannya. Di saat break pemotretan, Nicoline Patricia Malina sering berdiskusi dengan fotografernya mengenai proses kreatif seorang fotografer. Merasa tertarik, Nicoline Patricia Malina memutuskan untuk menjadi fotografer. Nicoline belajar fotografi secara otodidak.

Pekerjaan pertamanya didapatkan dengan penuh perjuangan. Saat itu Nicoline Patricia Malina masih menetap di Belanda. Dia secara rutin dan terus-menerus mengirim hasil fotonya ke majalah-majalah fashion melalui E-mail. Namun tidak ada tanggapan dari pihak majalah. Nicoline pantang menyerah, dia terus mengirimkan hasil karyanya. Pada akhirnya setelah 6 bulan, ada sebuah majalah fashion mau menggunakan jasanya. Dari sana karir fotografer seorang Nicoline Patricia Malina mulai berkembang.

Contoh Foto Beliau : 







4. Oscar Motuloh

http://blog.luna.id/2017/02/fotografer-indonesia-yang-mendunia/



Oscar Motuloh adalah seorang jurnalis yang saat ini menjabat Kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA Kantor Berita ANTARA. Oscar Motuloh lahir pada tanggal 17 Agustus di Surabaya, Jawa Timur. Karier jurnalistiknya dimulai ketika menjadi reporter di Agensi Berita Nasional Antara pada tahun 1988. Wikipedia
Lahir: 17 Agustus 1959 (usia 60 tahun), Surabaya


Hasil Foto Oscar Motuloh:





5. Erik Prasetya

http://blog.luna.id/2017/02/fotografer-indonesia-yang-mendunia/





Bekerja dalam perbagai genre fotografi sebelum memutuskan untuk secara khusus merekam jalanan.
Telah menjadi street photographer selama sedikitnya 25 tahun.

Salah satu fotographer dari "20 Most Influential Asian Photographers 2012" menurut survey Invisible Photographer Asia.

Salah satu anggauta dewan juri pada kategori Street Photograpy di Salon Foto Indonesia '37

Hasil foto erik prasetya: 


0 comments: